Wednesday, September 25, 2013

TITIK NOL

Bolak balik aku membuka pintu kamar asrama baruku, naik turun tangga kesana kemari "Dimana ya dia? Udah beres belum ya acaranya? " Berkali-kali kupandangi jam tangan yang ada di pergelangan tangan kiriku... Agak merasa bersalah karena datang terlambat, ya mau tak mau....mendadak aku harus mengelektroferesis gel yang super banyak dari siang hingga sore di hari itu. Sekitar satu jam kemudian...saat membuka pintu di koridor samping akhirnya terlihat juga sosok gadis manis berjilbab yang dari tadi kutunggu sedang berjibaku tampak suntuk dengan kardus kardus di tangannya. Kemudian aku tersenyum..."Hei...", spontan gadis itu melihatku dan tersenyum dengan senangnya dari wajahnya terlihat ia sangat bahagia lega dan campur aduk, "Kakakkk....!!! " sambil menyambut salam dan jabat tanganku. "Kakak kemana aja? Dari tadi aku cariin, ketokin kamar kakak pas dateng dan kuliat kotak pos kakak di bawah masih warna merah (baca:absen). Kok ga ada-ada." Aku hanya membalasnya dengan tawa, "Yuk...dibantuin angkut barang". "Asik....haha seneng banget rasanya udah ketemu kakak, dari kemarin pas sampe di Haneda ngerasa aneh dan jadi minoritas gitu kak. Sedih banget dan kangen keluarga padahal baru sehari" Kemudian percakapan kami berlanjut.... "Haha aduh aku lumayan lega nih udah ada kakak jadi seneng...kakak dulu gimana sendirian?Mana ga ada internet lagi....."

Tarik nafas...tersenyum...gadis manis ini mengingatkanku dengan hari-hari yang telah kulewati di negri sakura dimana tempat aku tinggal sekarang, Jepang. Ya, tidak terasa memang sudah hampir sebulan...tepatnya selama 23 hari ke belakang aku bernapas dengan hawa sedikit polusi udara (walaupun banyak polusi suara) di kota ini... Ya, selama hampir sebulan ini sudah cukup banyak hal dan pengalaman yang kudapatkan sebagai perantau di negri maju ini.....

Teringat tepatnya 24 hari yang lalu saat di bandar udara Cengkareng saat dilepas pergi oleh kedua orang tuaku dan juga kakak serta adiiku yang sangat kusayangi...tak mampu rasanya kelopak mata ini membendung air mata saat itu, walaupun hanya sedikit...karena berusaha kutahan sejadi-jadinya untuk menghilangkan kekhwatiran dibenak pasangan setengah baya yang pertama kali selama 23 tahun ke belakang melepas anak keduanya untuk pergi merantau di negri orang. Aku tahu betul...ayahku sangat cemas dan juga sedih mungkin, begitu juga ibuku walaupun terlihat sangat tenang iya pun sesungguhnya cemas...berkali-kali memeriksa dan memberiku berbagai bekal. Ya, aku tidak ingin membuat mereka khawatir dan meyakinkan mereka bahwa inilah jalan yang anaknya pilih untuk mengejar salah satu impiannya dan akan baik-baik saja (walaupun sebenarnya aku sendiri juga cukup ragu saat itu)... 

Teringat pula tepatnya 23 hari yang lalu setelah mengalami perjalanan lebih kurang 10 jam (termasuk delay dan transit) di pesawat. "Please fasten your seat belt. We will now soon arrive in Narita Airport in 08.06 a.m" aba-aba untuk memasang seat belt dikumandangkan. Dan hingga akhirnya aku melangkahkan kaki kananku pertama kali di negri ini entah kenapa dalam kondisi agak cemas. Ya, sebenarnya selain cemas dengan bagasi dan barang-barang bawaanku apakah akan baik-baik saja, disita atau apa (kekhawatiran belerbihan) aku saat itu juga mulai meragukan diri sendiri..."Apakah ini memang jalan benar yang kau pilih?" Setelah melewati bagian keimigrasian, scan fingerprint dan juga mata...petugas imigrasi tersebut memberiku sebuah kartu yang disebut dengan 'Zairyu Card" alias 'Resident Card" yang menandakan bahwa aku diizinkan untuk tinggal di tempat ini selama setahun. 

Tidak lama kemudian di sekitar arrival gate seorang petugas polisi dengan sopan menghampiriku dan ternyata dia mengenalkan dirinya sebagai seorang polisi menggunakan suatu lencana di dalam kotak (yang kayak di film2 itu lho) dan menjelaskan cara-cara menghubungi polisi dan rumah sakit serta bila dalam keadaan darurat. Wah luar biasa sekali, pikirku...betapa perhatiannya orang-orang Jepang terhadap hal yang seperti itu...beda banget sama di Indonesia (pikirku wkwkwk). Akhirnya aku menemukan sosok berjilbab putih tersebut melambai-lambaikan tangan...ya dia adalah gadis manis, luar biasa dan super baik hati yang entah karena apa rela menjemput gadis berjilbab lain yang sebenarnya belum pernah ia temui atau kenal baik, padahal selain haru smengorbankan waktu paginya yang pasti dia juga harus mengorbankan uangnya yang cukup "lumayan" untuk menempuh perjalanan dari apatonya di daerah Otaku ke Narita (yang ternyata sebenarnya bukan terletak di Tokyo...melainkan di Perfektur Chiba. Hanya Allah lah yang dapat menilai lebih adil kebaikan hatinya tersebut....jazakillah. Allah jugalah yang pasti menggerakkan hatinya untuk mejemput atau menolong gadis lugu sepertiku ini (hahaha apa banget)  yang cemas karena tidak ada seorang pun yang tadinya akan bisa menjemputnya di bandara raksasa itu menuju asrama....Secara tidak sengaja (sebenarnya kehendak Allah) aku random bertanya tentang bagaimana kondisi teman yang sudah lama tidak kutemui hingga akhirnya secara tidak disangka-sangka dikenalkan dengan seseorang yang bersedia menjemputnya di saat memang pas kebetulan lagi butuh banget dan hampir putus asa.

"Manusia bermimpi dan berusaha, kemudian Allah lah yang menentukan bagaimana akhirnya dan caranya. Jika memang Allah menghendaki, apapun pasti terjadi dan begitu mudah bagi-Nya untuk melapangkan jalan hamba-Nya tersebut."

Ya,rasanya memang semuanya diatur Allah hingga perkara-perkara yang tadinya mustahil untuk terjadi mendadak jadi mudah begitu saja saat dan sebelum aku tiba disini. Selain kejadian tersebut masih banyak hal-hal lain yang kualami terutama di awal-awal kehidupanku di Jepang ini yang seolah-olah sulit berubah jadi hal yang dimudahkan oleh Allah, mulai dari mengurusi Resident card, asuransi, internet service, mencari musola, makanan halal dan banyak hal lainnya. Secara tidak sengaja pula (yang sekali lagi sebenarnya terjadi karena kehendak Allah), ternyata aku ditempatkan di kampus dan departemen yang sama dengan salah satu teman kampus yang sudah cukup kukenal dengan baik sehingga ia, calon ibu cantik yang merangkap sebagai peneliti dan mahasiswa luar biasa ini, rela untuk menemani dan membantu mengurusi segala macam dokumen dan juga siap ditanya berbagai hal-hal yang kutemui selama hari-hari awalku di negri sakura ini karena aku belum punya tutor saat itu.

Teringat pula...saat pertama kali aku datang ke asrama Umegaoka ini masih sangat sepi (mungkin hanya sekitar 3-5 mahasiswa wanita yang tinggal di tempat ini) rasanya sedih sekali dan sangat kesepian. Di saat sepi, aku selalu teringat kepada keluarga dan sahabat-sahabatku di tanah air yang kutinggalkan.....dan lebih parahnya adalah aku tidak bisa mengakses internet sama sekali 2 minggu pertama. Handphoneku hanya bisa digunakan untuk sms, itu pun dengan tarif yang luar biasa mahal (sekitar Rp 7.000/sms) jadi sangat sulit untuk kontak dengan orang tuaku yang berdomisili di Bandung. 

Ada pepatah yang mengatakan bahwa "Terkadang kau baru merasakan bahwa sesuatu itu sangat berharga saat kau kehilangannya". Mungkin itulah yang kurasakan saat itu. Betapa sedihnya saat weekend kau ingin jalan-jalan, tapi kau bingung harus pergi kemana dan tidak ada teman untuk pergi travelling bersama atau bahkan mengajakku untuk pergi bersama. Dan juga betapa sedihnya karena saat di laboratorium baru tidak ada orang yang mengajak makan siang, suasana yang akrab, hangat, canda tawa seperti di Lab. Farmakologi dulu....karena selain sibuk masing-masing juga aku tidak faham apa yang mereka bicarakan (kendala bahasa) atau bahkan di kampus tidak ada orang atau sangaat sedikit orang yang bisa kusapa. Atau bahkan betapa rindunya aku dengan kelargaku saat weekend melihat seorang anak kecil berjalan dengan kedua orang tuanya serta saudaranya. Betapa bingungnya saat berbelanja ataupun saat bertanya karena banyak orang Jepang yang tidak bisa berbahasa Inggris dan juga semua tulisan ditulis dalam huruf kanji (Hiragana dan Katakana yang cukup kukuasai sangat jarang dipakai ternyata di negri asalnya ini). Betapa sulitnya mencari makanan halal di negri ini sehingga harus sering-sering masak dan juga betapa minoritasnya muslim disini sehingga sangat sulit untuk mencari tempat sholat atau bahkan terkadang ada tatapan anak kecil yang "agak takut" melihat gadis berjilbab sepertiku ini. Entah berapa banyak tetes air mata yang keluar dari pelupuk mataku pada saat membaca sms kabar dari orang tuaku ataupun karena merindukan kampung halamanku...zona nyamanku yang tenang dan dikeliling oleh pegunungan itu. HOMESICK...mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan 7 hari awal kehidupanku di sini...bahkan rasanya seminggu sudah seperti setahun dan AKU INGIN PULANG KE TANAH AIR (pikiran bodoh).

"Terkadang kau menangis karena tidak bisa meraih mimpimu. Tetapi, saat kau sudah mencapainya, terkadang kau menyadari bahwa dengan mencapai mimpimu tersebut belum tentu kau menjadi orang yang bahagia." Entah kenapa kata-kata yang pernah kubaca dari sms tausiyah itu itu terus hinggap di kepalaku dan memang kuakui ada benarnya. Apakah ini yang dimaksud dengan hal tersebut...

Hari demi hari dan seminggu pun kulewati...rasanya aku sudah terlalu lelah dan bosan untuk menangis atau berkeluh kesah hingga sampai pada titik aku menyadari bahwa sebenarnya saat ini aku sendang berada di TITIK NOL. Aku menyebutnya demikian....karena seolah-olah saat ini aku memang berada dalam kondisi memulai segala sesuatu dari awal lagi untuk menemukan zona nyamanku yang baru sendiri...dan hidup mandiri tanpa bergantung kepada siapapun. Bukan berarti selama di tanah air aku tidak mandiri, hanya saja saat di negri orang memang harus kuakui kemandirian kita benar-benar akan diuji. Aku harus menemukan keluarga baru, sahabat-sahabat baru, tempat belanja baru, cara hidup yang baru, aktivitas harian dan kebiasaan yang baru, ilmu yang baru, bahkan target yang baru serta mengevaluasi ulang apa tujuanku datang ke negri sakura ini (karena sepertinnya tujuan anehku untuk kabur dari orang-orang yang ingin kuhindari tidak terwujud 100%) . Satu persatu saat ini berusaha untuk kucapai...mulai dari survey tempat-tempat belanja, belajar ini itu, bekerja dengan alat-alat lab yang sebelumnya sangat jarang kugunakan, mengatur targetan selama di negri ini, banyak lainnya, dan yang pasti adalah terus menerus berusaha memperbarui keimanan dan keislaman yang dimiliki....karena tinggal di negri minoritas muslim ini luar biasa banyak godaan. Mulai dari makanan yang ga jelas kehalalannya tapi tampak enak, nunda atau males sholat karena susah nyari tempat sama waktunya ga pas dan adzannya ga kedengeran, ga pede karena pake jilbab, takut dibilang ga gaul, atau bisa jadi menggadaikan keimanan gara-gara jatuh hati sama cowok-cowok jepang yang tampak sopan, berpendidikan, bertubuh ideal, dan berwajah oriental-tampan. Ya Allah....lindungilah hamba dan kuatkanlah selalu iman hamba.

Bisa dibilang saat ini alhamdulillah aku sudah mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan di Jepang ini dan menikmatinya. Aku berusaha untuk menciptakan kebahagiaanku sendiri. Bahkan sekarang aku juga sudah menikmati kesendirianku dan menikmati kenekatanku atau kesalahan-kesalahan serta hal-hal konyol yang kulakukan selama hampir sebulan tinggal di sini. Menikmati bagaimana saat salah naik kereta karena salah arah atau kelewatan, tersesat di jalan, bingung mencari barang, kekonyolan atau kriminalitas yang dilakukan di lab, menikmati mencari tempat sholat atau sholat di tempat-tempat aneh yang tak pernah terpikir sebelumnya, tidak mengerti pada saat ada seseorang berbicara pada kita dan menikmati hal-hal bodoh lainnya yang pastinya sering kualami disini. Aku berusaha menikmatinya dan menganggapnya sebagai suatu pelajaran kehidupan dan memaknai kebahagiaan...karena salah satu targetku disini adalah aku ingin belajar memaknai kehidupan dengan tulus dan membangun serta menjadi diriku sendiri di lingkungan baru yang baru dikenal. Ya, benar jika ada yang pernah mengatakan bahwa "Kebahagiaan itu bukan saat kau memiliki uang yang banyak atau saat kau berhasil meraih target-target hidupmu. Kebahagaiaan juga tidak akan datang begitu saja kepada kita tetapi kebahagiaan itu memang harus dicari dan sebenarnya kitalah  akan menemukannya dalam diri sendiri karena kita sendirilah yang memilih dan membuat kita untuk jadi merasa bahagia atau tidak."


Dan selain itu, seperti yang ibuku selalu ingatkan padaku sebelum aku berangkat: Kunci  yang perlu diperhatikan saat tinggal di negara orang adalah selalu berusaha untuk ramah pada semua orang serta jangan takut untuk bertanya. Begitupula dengan kunci keimanan yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW...yaitu ihsan (berbuat baik kepada siapa pun) dan juga yakin serta husnudzan pada ketantuan yang Allah berikan. Ketiga kata kunci itu memang benar-benar luar biasa dan terasa benar-benar membantuku untuk menjadi survivor di negri orang ini...bahkan aku merasa sangat tertolong dan terkadang mendapat keuntungan (misal: secara tidak sengaja diberi pinjaman gratis dll). Aku juga mulai menemukan keluarga baruku di sini, teman-teman setanah air yang bergabung dalam PPI Tokodai dan membuatku sadar bahwa perkumpulan orang-orang yang berasal dari tempat yang sama memang sangat penting (seperti UKM UKM daerah yang ada di kampus itb) karena merekalah yang memiliki rasa, selera, dan juga pemikiran yang sama dengan kita. Juga teman-teman baruku di laboratorium yang berasal dari berbagai bangsa...Jepang, China, dan Thailand, aku sudah mulai memberanikan diri untuk mengajak mereka sedikit bercakap-cakap atau sedikit bercanda. Selain itu, aku juga mulai terbiasa menikmati pekerjaanku sekarang sebagai peneliti gen dan berkecimpung dengan PCR, elektroforesis, serta beda-benda hidup yang tidak kelihatan. Alhamdulillah.

Ya Allah, beri hamba kemudahan semoga keberadaanku di titik nol ini akan terus maju beberapa derajat dan menjadikanku menjadi seorang pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bismillah. Aku yakin bahwa setiap orang suatu saat memiliki titik nol nya masing-masing....di saat ia baru saja mengalami kegagalan, ingin memulai sesuatu yang baru atau di saat ingin berubah lebih baik...Terkadang ada titik di saat kita akan senang ataupun akan sedih. Yang paling penting adalah menjalankan skenario yang diberikan Allah kepada kita sebaik-baiknya tanpa melanggar aturan-Nya dan mensyukurinya. ^_^

Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. 

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al-Baqarah:216)


NB: Makasih buat cewe-cewe cantik dan super baik hati yang sengaja ataupun tidak merasa dirinya tercantum di atas. Makasih karena udah menginspirasi saya dan selalu bersedia membantu serta menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang aneh selama ini dan mungkin beberapa bulan mendatang. ^_^

Monday, September 16, 2013

ACAP Titech...The Story Why I can Be in Japan "When the Dream Comes True"

Haihai..kali ini saya bakal cerita soal asal usul dan menjawab pertanyaan orang sejak kepergian atau keputusan saya pergi ke negri sakura ini "Loh kok kamu tiba2 uda di Jepang aja? S2 ras? S3?" atau pertanyaan yang sebenarnya sejenis tapi beda redaksi. "Kamu ngapain di Jepang, kok tiba-tiba? Terus apotekernya?" 

Begini ceritanya...sungguh ceritaku ini bukan cerita boong...dan rencana ke Jepangku ini ga tiba-tiba juga melainkan prosesnya juga udah dari awal taun atau bahkan sudah bermulai dari aku kecil. Ya...mungkin seperti impian mahasiswa lain atau anak2 lain, semuanya bermula dari kecil aku selalu memiliki impian untuk dapat merasakan kehidupan atau bersekolah di luar negri. Mau kemana? Kemana aja...asalkan luar negri, hanya saja beberapa tempat impianku adalah menjejaki Jepang ataupun negara Eropa seperti Jerman dan Belanda. Hehe agak aneh sih dipikir pikir kenapa malah mau ke tempat negara yang dulu pernah ngejajah Indonesia. Alasannya sendiri aku juga ga tau pasti kenapa...pokoknya maunya itu, mungkin juga terprovokasi karena banyak beredarnya anime2 jepang, komik2 jepang, ataupun kartun Jepang. Hm pastilah orang-orang Indonesia yang terbilang masih seumuran denganku ga asing banget sama kartun-kartun  atau animasi model Sailormoon, Samurai X, doraemon, maruko, hello kitty, atau tokoh2 superhero jaman dulu lainnya. Hal itulah juga yang mungkin akhirnya memotivasiku sehingga akhirnya diberi kesempatan oleh Allah menjadi salah satu mahasiswa di kampus yang konon katanya terbaik di Indonesia.

Satu syarat yang kuajukan pada diriku sendiri adalah...aku hanya mau ke luar negri dengan beasiswa atau uangku sendiri, bukan milik orangtuaku. Haha syarat itu pula yang akhirnya sebenarnya agak menyulitkan..tapi pokoknya aku ga mau tau dan ga mau nyusahin orang tua. Saat lulus SMA, aku sempat mengikuti seleksi beasiswa Mombukagakusho buat S1 di Jepang, well yang namanya belum rejeki dan takdirnya jadilah ga lolos dan tetap berakhir di kampus gajah. Sebagai mahasiswa ITB,  Tawaran untuk mengikuti program ke luar negri, baik dalam bentuk conference, pertukaran pelajar, lomba, atau apapun itu sangat banyak (walaupun kurang banyak jika dibandingkan perbandingan dengan mahasiswanya huehehe...). Dulu saya pikir, cuman ada DUA kemungkinan cara biar dapat ke luar negri dari kampus, yaitu PERTAMA kamu emang harus pinter banget buat nembus kompetisi sampe tingkat internasional jadi GRATIS semua atau ga KEDUA bokap nyokap ngeluarin duit alias merogoh kocek sendiri, apalagi yang kayak acara-acara pertukaran pelajar dari himpunan dan konferensi2 segala macem karena biasanya kalo dapet sponsor pun ga bakal banyak. Jalan yang KEDUA ini pantang buat aku dapetin...kecuali pake uang tabunganku sendiri. Makanya jangan heran dari TPB aku udah aktif jadi tutor bimbel anak2 SMA, tapi tetep aja sayang dan sangat disayangkan uang tabunganku itu tetep aja ga bisa ngecover buat pergi ke luar negri...palingan hanya pergi di sekitar Indonesia yang deket-deket ya sudah disyukuri saja. Haha yang bikin lebih ngenes lagi adalah selama S1 saya pernah diamanahi sebagai Students Exchange Officer yang ngurusin temen2 buat ke luar negri atau orang luar dateng ke Indonesia, tapi saya sendiri ga pernah punya kesempatan buat ke luar negri karena prinsip saya itu. Dan entah kenapa jalan PERTAMA karena belom rejekinya, saya nyobain ikut segala macem lomba di kampus biar bisa dapet hadiah ke luar negri atau sekitar Indonesia pasti aja ga berhasil...ya iyalah saingannya secara di ITB seberjibun apa. Saat S1 dulu kadang saya ngerasa sedih dan sempet ngerasa gagal. Jujur, sedih banget karena ga punya prestasi atau menang lomba apapun baik yang ilmiah ataupun enggak ya kecuali prestasi lokal alias jagoan kandang di jurusan  (bahkan seleksi awal PKM pun ga tembus T.T ) ...ga seperti beberapa mahasiswa lain yang ke luar negri udah kayak pergi bolak balik Jakarta-Bandung dan dapet penghargaan yang sering banget udah kayak makan kacang. Dan entah kenapa selama S1 belum rejeki aja mau daftar pertukaran pelajar yang konon kataya gratis...selalu aja ada halangan, entah syaratnya kurang, belum memenuhi, atau udah di luar deadline. Mana lagi kesempatan pertukaran pelajar/student exchange biasanya hanya diperuntukkan untuk mahasiswa Sarjana tingkat3. Ya ampun... Haha bisa dibilang selama S1 saya termasuk mahasiswa ITB yang gagal merasakan ke luar negri (haha istilah yang saya dapet dari seorang temen). Ya, manusia memang hanya bisa berusaha tapi Allah akhirnya yang menentukan takdir kita seperti apa.



Karena S1 gagal pergi ke luar negri...ya udah saya mikir ntar aja kali ya coba buat S2 aja. Hm..tapi lagi-lagi Allah berkehendak lain. Tiba-tiba dosen menawarkanku untuk megkuti program Fastrack S2 yang mana artinya aku harus ngelanjutin S2 di ITB lagi...bukan di luar negri seperti yang aku impikan. Haha dan bukannya memilih untuk mengejar impianku buat S2 di luar, malah aku ambil program itu karena mikir sayang banget...haha sejujurnya saya tipe orang yang suka sayang kalo menyia-nyiakan tawaran orang. Begitulah...akhirnya saya jalani saja S2 di ITB dan alhamdulillah rasanya oleh Allah semuanya diberi kemudahan selama ngejalanin skrpsi sampe kuliah dan mulai lagi penelitian S2. Tiba-tiba di awal tahun (Januari 2013) entah secara random atau gimana aku teringat impianku untuk pergi ke pertukaran pelajar ke luar negri sambil mikir-mikir mungkin gak ya kalo mahasiswa S2 ikut pertukaran pelajar..rasanya jarang banget. Ah bodo amat...pikirku dan kutulislah impianku itu di salah satu diari berisi Resolusi Tahun Baru 1434 H. "Haha kali ini pokoknya aku mau konkret bener-bener usaha buat nyari kesempatan pergi ke luar negri", pikirku. Dan makanya tiap pekan sempet mantengin website beasiswa hasil sumber nanya orang-orang yang pernah pergi ke Jepang atau luar negri lainnya dan maunya selalu daftar kalo ada kesempatan buat ikutan program atau apapun yang gratis ke luar negri. Tapi...ya begitulah seperti dugaanku rata-rata kesempatan exchange hanya diberkan kepada mahasiswa S1..hm biarin yang penting pantang menyerah.  

Dan pada awal taun itulah aku secara tidak sengaja dan kehendak Allah juga melihat kesempatan beasiswa di webnya IRO, yaitu international.itb.ac.id  yang judulnya YSEP/ACAP haha dan deadline nya tinggal mepet. Karena aku inget...program inilah yang oleh senpai senpai alias seniorku dulu dari Farmasi ikuti buat ke Jepang. Dan alhamdulillahnya anehnya adalah program ini ajaibnya juga diperbolehkan untuk mahasiswa S2 tingkat 1...padahal tahun sebelumnya ga ada perasaan!? Awalnya sempet ragu...haha mahasiswa kayak aku ini yang program fastrack statusnya apa ya, mahasiswa tingkat berapa dan boleh gak ya ikutan yang kayak gini dan otomatis lulusnya jadi ketunda. Haha dengan syarat seadanya dan ga mau mikir lama-lama....cuman dengan berbekal TOEFL Prediction Test dari blci pas les toefl dulu dan cv akhirnya nekat dan terabas aja kumasukin dokumen ke IRO (International Relation Office). Pas sampe di IRO...ditanya "Mau YSEP atau ACAP?" hmm "Bedanya apa?" tanyaku... "Kalo ACAP itu exchange...kalo YSEP itu research". Akhirnya kubilang aja ngasal ACAP karena aku sendiri juga ga terlalu paham bedanya apa (baca di post2 berikutnya tentang perbedaan sebenarnya...karena info awal yang kudapat ini agak salah). Sebenernya pas masukin udah mikirnya nothing to lose aja...mau keterima atau enggak, toh kalo keterima harus nunda kelulusan dan kalo ga keterima ya udah lulus aja. Walaupun sebenernya tetep aja berharap banyak** dan sempet bete karena ga ada yang nelpon buat manggil wawancara beberapa pekan setelah pengumpulan berkas. Haha udah putus asa ceritanya.

Beberapa pekan kemudian sekitar bulan Februari 2013....pas lagi di lab hewan buat ngambilin tikus baru untuk percobaan, tiba-tiba hp bunyi dan ternyata dari IRO ngehubungin buat dateng kesana ikutan wawancara. Alhamdulillah, seneng banget...ya minimal dipanggil wawancara (ga gagal2 amat pikirku). Setelah menyiapkan jawaban segala macem buat wawancara...mulai dari tujuan, latar belakang, aktivitas, dan segala macem prediksi pertanyaan dan wew berdasarkan info yang kudapet wawancara bakal dilakuin dalem bahasa Inggris...akhirnya saat wawancara itu tiba. Dan yang ngewawancara adalah Bu Ayi, ketua IRO yang dulu sempat kukenal saat mengurusi pertukaran pelajar di himpunan (walau..sayangnya beliau tidak mengenaliku lagi hehe). Pas masuk ruang wawancara deg degan banget dan seterusnya mengalir gitu aja...Haha anehnya adalah ibunya ga nanya banyak seperti yang udah kusiapkan, intinya beliau cuman tanya mau ngapain disana, tau programnya gak kayak apa. Karena aku masih bingung...malahan aku balik tanya dan minta ke beliau untuk mengganti program yang ku apply jadi YSEP. Ngerasanya sih jawabanku jadi seadanya dan ga bisa explore lebih banyak...terus tiba-tiba beliau berkata "Well actually, for a mastercourse students the main things that you should do is getting the professor from Tokyo Institute Technology that want to host you as the student. When that requirement is accompalished, I think it would be easier. And don't forget to make your research plan. I will give you 5 days". Woww...out of expectation banget, keluar-keluar ruang wawancara aku langsung bengong. Gimana caranya yak...kayak ga mungkin dan males banget bikin proposal lagi, padahal aku masih sibuk banget ngurusin hewan hewan percobaan buat tesisku. T.T Sehari setelah wawancara, IRO menghubungiku dan menyatakan bahwa aku lolos wawancara untuk program ACAP (padahal berharap YSEP) dan harus mengisi beberapa dokumen termasuk yang syarat tadi dibilang. ya Allah..haruskah aku menyerah saja?  

Ya ibukulah yang akhirnya menyemangatiku. Luar biasa, wanita yang satu ini memang selalu dengan berhasilnya memotivasiku kembali untuk selalu tidak meyerah..."Yakinlah bahwa Allah selalu punya jalan buat masing-masing orang. Jadi terus dicoba aja...toh kalo emang belum rejeki ya belum jalannya jangan kecewa. Tujuan manusia hidup itu kan ya menjalani aja takdir Allah dan selalu berusaha" itulah intisari yang ibuku selalu tekankan saat aku putus asa atau males. Haha akhirnya kucoba aja bacain web nya Tokyo Institute of Technology (baca: Tokodai) satu-satu buat nyari profesor mana ya yang kira-kira mau nerima aku..mana parahnya adalah aku jurusan Farmasi, dan disana ga ada departemen Farmasi. Akhirnya departemen yang terpilih olehku adalah yang dekat-dekat dengan farmasi yaitu Bioscience and Biotechnology. Kubukain aja tuh web tiap laboratorium  disitu dan yang mirip-mirip farmasi atau ada hubungannya dengan dunia kesehatan dengan nekatnya aku kirim surat permohonan untuk jadi mahasiswa dengan menggunakan bahasa inggris dan isi surat yang rada maksa (baca: maksa ngait-ngaitin antara kegiatan lab disana dan latar belakang serta pengalaman yang kumiliki) plus CV dan transkrip. Total mungkin ada sekitar 4-5 profesor yang udah aku hubungi, dan sebagian besar ga dibales-bales atau ada yang menolak dengan alasan ga ada tempat kosong atau kebetulan ada mahasiswa yang datang di bulan dan waktu yang sama. Stress banget belum ada yang ngerespon lagi padahal tiap beberapa menit buka email. H-2 sebelum deadline: Ya Allah..hamba pasrah saja kalo emang ga ada yang bisa ya udah gpapa (udah nyerah ga sering-sering buka email). Anehnya adalah...pas udah ga ngeharapain apa-apa lagi (alias bener-bener pasrah)....tiba-tiba pas random buka email.


From: SK
To: larasati_arrum@yahoo.com
Message: Hi Larasati, I think I can  you as our international exchange students if you want. Our laboratory works in Medical Mycology.

Speechless....alhamdulillah Ya Allah ada yang mau profesornya!!! Seneng banget. Aduh sensei ini baik sekali pikirku...hm mungkin nanti aku akan menceritakan tentang beliau di pos pos selanjutnya sehingga aku tergabung sebagai salah satu member di Kajiwara Lab. Langsung aja spontan ngebales bahwa aku bersedia menjadi muridnya dan segera meminta surat "acceptance letter" sebagai salah satu syarat administrasi. Haha dan sekali lagi, emailku ga dibales-bales padahal deadlinenya udah tinggal besok!  Huwaa udah panik dan sekali lagi aku bener-bener sampe tahap pasrah dan capek ngecek email tiap beberapa menit...Ya Allah hamba serahkan ini kepadamu. Jika bukan jalannya...jauhkanlah. Jika memang jalannya mudahkanlah. Dan kurang dari 24 jam sebelum deadline pengumpulan, calon sensei ku itu membalas dengan surat acceptance, alhamdulillah dan dari surat itu aku baru mengetahui apa topik kira-kira riset yang akan aku lakukan. Dan seketika itu pula langsung aku bikin sejenis research plan singkat...haha luar biasa singkat malah dan karena waktunya mepet udah terabas aja sesuai pengetahuanku. Entahlah..tapi memang itu yang sering terjadi, THE POWER OF DEADLINE saat kepepet otakku ini selalu jadi luar biasa cemerlang hehe. Akhirnya alhamdulillah semua syarat dokumen yang cukup banyak itu...mulai dari paspor dll berhasil kumasukkan tepat pada waktunya. Wuih...luar biasa. Ngomong-ngomong soal paspor, kebetulan banget saat itu baru bikin paspor bulan Januari beberapa minggu sebelum ngelamar program ini. Dan niat bikin paspornya agak iseng, bukan karena emang udah pasti mau ke luar negri "bikin aja lah ya...kali aja kalo bikin tiba-tiba sama Allah dikasih jalan buat ke luar negri" and it works! I really need that documents..lucu dipikir-pikir.

Masuklah ke tahap seleksi selanjutnya....seleksi yang tadi adalah seleksi internal ITB, selanjutnya adalah seleksi dari Tokyo Institute Technology. Seminggu setelah pengumpulan dokumen aku mendapatkan email yang menyatakan bahwa dokumenku telah sampai di Titech dan akan diproses untuk seleksi...hanya saja menurut mereka membingungkan, aku disitu (di surat dari ITB) tertulis calon peserta program YSEP, sedangkan dokumen yang kuisi untuk ACAP!? Loh..hahaha jadi yang bener yang mana aku ikut YSEP atau ACAP. Ya begitulah...sepertinya terjadi salah administrasi entah dimana, dan pada akhirnya aku menyatakan bahwa program yang akhirnya kuikuti adalah ACAP karena kalo mau YSEP rasanya udah ga sempet ngisi dokumen-dokumen lagi. Sekali lagi pasrah... Sekitar sebulan kemudian sekitar Maret alhamdulillah aku dinyatakan lulus untuk program ACAP oleh Tokodai...tapi ternyata oh ternyata lulus program bukan berarti pasti dapat beasiswa. Dari info petugas disana, untuk ACAP jatah penerima beasiswanya hanya sedikit dan sangat ketat dari seluruh dunia...haha jadi kalo mau dapet beasiswa masih harus ada satu seleksi lagi yang dilewati dan pengumumannya bakal akhir Mei. Dan pada akhirnya aku harus bersabar menunggu....harap-harap cemas sambil terus mengejar target menyelesaikan penelitian tesisku. 

Laahaula walaa quwwata illa billah (Tiada Daya dan Kekuatan selain milik Allah) dan doa untuk selalu mendapatkan jalan yang terbaik dari Allah selalu kuupayakan untuk mewarnai sholat dan doaku di tengah kebimbangan (nasib yang ngegantung ini). Karena sejujurnya, aku agak ragu pergi ke negri sakura karena itu berarti aku harus wisuda pada tahun depannya (yang artinya harus bayar uang spp 1/2 **kupikir), menunda apoteker, dan segala macam rencana hidup lainnya serta status beasiswa yang jadi dipertanyakan. Apa ya kira-kira pandangan orang? Karena selama ini di Farmasi sendiri belum ada mahasiswa Fastrack yang tipenya mau kabur kayak aku ini :p hehe. Tapi sudah kuputuskan...jika memang diterima beasiswa aku akan pergi, entah bagaimana konsekuensi lain dan pandangan orang lainnya...kali ini aku ga mau nurut-nurut aja dan memilih mengejar impianku itu "Aku ingin menempuh jalan yang berbeda, yang tidak pernah dilewati orang sebelumku. THINK OUT OF THE BOX".  Belum ada teman-temanku yang mengetahui tentang rencana kepergianku ini kecuali hanya orang tua, saudara, dan juga segelintir sahabatku saja. Taukah kalian? Karena begitu khawatirnya...aku bahkan sudah menyiapkan plan A plan B kalo ga keterima atau ga jadi ke Jepang. Bahkan aku juga sudah memesan tiket buat pergi ke Singapur awal tahun depan dan juga memasukkan abstrak penelitian yang kumiliki untuk diikutkan dalam konferensi ACCP di Vietnam. Ya, setidaknya walaupun aku tidak jadi ke Jepang karena gagal beasiswa, aku tidak terlalu sedih karena ada cadangan pergi ke luar negri lainnya dan aku akan lulus S2 tepat waktu, hanya dalam waktu setahun! Mendekati bulan Mei, aku selalu rajin mengecek email....tetapi lagi-lagi email tersebut tak kunjung datang padahal sudah pada tanggal yang dijanjikan. Akhirnya setengah hati pasrah ga berharap sama email lagi....karena toh saat itu aku juga sangat sibuk menulis laporan akhir penelitian tesisku

Tapi...sungguh Allah memang selalu memiliki rencana lain yang begitu indah yang tidak dapat kita duga. Alhamdulillah disela-sela penulisan draft seminar tesis di akhir mei, secara random saat luang aku membuka email. Dan alhamdulillah di email tersebut menyatakan bahwa aku diterima sebagai salah satu resipien beasiswa JASSO yang artinya aku bisa pergi ke Jepang bulan September ini!!!! Beasiswa ini akan mencover living cost kita selama hidup di Jepang dan sejumlah 80.000 yen/bulan, lumayan banget. Haha tapi ya artinya aku harus menyelesaikan dulu tesis, seminar, dan sidang magisterku ini tepat waktu biar lega. Dan alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar....aku menyelesaikan sidang dan berhasil lulus (versi SF) tepat waktu untuk program fastrack dengan predikat yang alhamdulillah juga memuaskan. Padahal...banyak sekali yang memakan waktu penelitian lebih lama atau karena satu dan lain hal ga bisa menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya. Alhamdulillah.




Setelah pengumuman penerimaan, entah kenapa semakin mendekati bulan September hati ini semakin galau meninggalkan tanah air, ya walaupun hanya untuk 6 bulan. Haha mulai dari khawatir akan hidup sendiri di negara orang, khawatir dengan keluarga dan orang-orang terdekat di tanah air, sampai khawatir beasiswa bakal cukup atau enggak. Akhirnya aku memantapkan hati untuk menjalani takdir dari Allah ini....dan mulai mengurusi paspor, packing, dan seluruh dokumen yang perlu disiapkan sebelum keberangkatanku ke Jepang. Alhamdulillah...senang sekali rasanya salah satu impianku dikabulkan oleh Allah dan dengan jalan yang benar benar indah serta tidak disangka-sangka. Tadinya aku berpikir rasanya tidak mungkin dekat-dekat ini aku diberi kesempatan untuk mencapai impianku yang satu ini... Tapi alhamdulillah,, mudah-mudahan memang ini adalah jalan dan skenario terbaik yang Allah berikan kepadaku...aku berhhasil menyelesaikan studi S2 ku di ITB melewati program fastrack sekaligus mendapat kesempatan untuk pertukaran pelajar di Jepang. Walau dengan konsekuesni tidak wisuda bareng sahabat2ku. Mungkin jika aku keterima saat S1, aku belum S2 sekarang... Dan terlebih lagi, ternyata karena sudah beres sidang, bayaran kampus yang harus dibayar hanya administrasi saja (sekitar Rp250.000), bukan 1/2 dari uang spp yang luar biasa banyak. 

Beginilah jika memang Allah berkehendak....entah kenapa seluruh proses yang kulewati hingga sampai di negri sakura ini bisa berjalan dengan lancar dan seolah-olah memang sudah disetting jalannya seperti itu,, begitu indah dan di luar perkiraan. Selain hal itu, hal lain yang kupelajari selama proses seleksi adalah bahwa kita harus yakin dan total menyerahkan segala sesuatu urusan kita pada Allah dan selalu bersyukur karena ternyata memang Allah punya jalan masing-masing untuk hambanya dan jangan khawatir bahwa rejeki manusia satu dengan lainnya tidak akan tertukar teman! :) Rasanya lucu kalau ingat bahwa secara random aku pernah menuliskan impianku ini di buku dan juga memajang pohon sakura di wallpaper laptopku dengan harapan akan menjadi nyata suatu hari. Teringat juga perkataan Arai dalam tetrailogi laskar pelangi.... "Bermimpilah, maka Tuhan akan memgang mimpimu"

Alhamdulillah... Ya Rabb, mudahkanlah hamba untuk bisa mendapatkan banyak hal yang bermanfaat dan pengalaman berharga di negri sakura ini. Bismillahirrahmanirrahim.... SEMANGAT!!!


It's the Beginning Let's Get it Started... ^_^

Assalammualaykum...Hai semua!!!

Hajimemashite, saya Laras...seorang gadis biasa yang punya impian untuk menjadi seorang manusia dan muslim yang dapat memberi manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain. Alhamdulillah saat ini saya diberi jalan oleh Allah untuk menempuh kehidupan sebagai mahasiswa master degree dari ITB yang sedang pertukaran pelajar di salah satu kampus ternama di Jepang (baca: Tokodai). Hmm luar biasa alhamdulillah akhirnya mimpi saya yang satu ini dikabulkan oleh Allah. Latar belakang saya sendiri sebenarnya adalah mahasiswa Farmasi dari S1 ampe S2 dan juga sangat suka travelling karena bagi saya saat travelling membuatmu bisa belajar banyak dari apa yang kau alami, kau rasakan, dan kau lihat... Saya juga orang yang punya buanyaak impian. Jadi mungkin pengennya dalam blog ini saya bakal berbagi cerita soal gimana kehidupan saya di negri sakura ini, travelling, tentang sains, kesehatan, plusplus yang ga kalah penting tentang beberapa pandangan saya sebagai seorang Muslim.



Sejujurnya baru sekarang saya kepikiran buat bikin blog,, just wanna try to be a better person and learning how to write. Well...saya bukan orang yang jago nulis sebenernya..bahkan Bahasa Indonesia dan ngebuat kalimat dari kecil merupakan hal yang paling ga saya suka. Tapi teringat kata seorang sahabat bahwa bagi penuntut ilmu itu sebaiknya selain bisa berpikir juga bisa mennulis. Selain itu, memang dipikir sayang rasanya kalau kita punya banyak ide atau cerita tapi tidak pernah bisa kita bagi dengan orang lain kan jadi ga bermanfaat. Jadi, yuk kita mulai belajar menuliss! ^_^ haha dan harap maklum kalo tulisannya kadang ga beralur atau berurutan. Bismillah...semoga setidaknya keberadaan blog ini tidak sia-sia dan bisa bermanfaat buat orang lain.