Wednesday, September 25, 2013

TITIK NOL

Bolak balik aku membuka pintu kamar asrama baruku, naik turun tangga kesana kemari "Dimana ya dia? Udah beres belum ya acaranya? " Berkali-kali kupandangi jam tangan yang ada di pergelangan tangan kiriku... Agak merasa bersalah karena datang terlambat, ya mau tak mau....mendadak aku harus mengelektroferesis gel yang super banyak dari siang hingga sore di hari itu. Sekitar satu jam kemudian...saat membuka pintu di koridor samping akhirnya terlihat juga sosok gadis manis berjilbab yang dari tadi kutunggu sedang berjibaku tampak suntuk dengan kardus kardus di tangannya. Kemudian aku tersenyum..."Hei...", spontan gadis itu melihatku dan tersenyum dengan senangnya dari wajahnya terlihat ia sangat bahagia lega dan campur aduk, "Kakakkk....!!! " sambil menyambut salam dan jabat tanganku. "Kakak kemana aja? Dari tadi aku cariin, ketokin kamar kakak pas dateng dan kuliat kotak pos kakak di bawah masih warna merah (baca:absen). Kok ga ada-ada." Aku hanya membalasnya dengan tawa, "Yuk...dibantuin angkut barang". "Asik....haha seneng banget rasanya udah ketemu kakak, dari kemarin pas sampe di Haneda ngerasa aneh dan jadi minoritas gitu kak. Sedih banget dan kangen keluarga padahal baru sehari" Kemudian percakapan kami berlanjut.... "Haha aduh aku lumayan lega nih udah ada kakak jadi seneng...kakak dulu gimana sendirian?Mana ga ada internet lagi....."

Tarik nafas...tersenyum...gadis manis ini mengingatkanku dengan hari-hari yang telah kulewati di negri sakura dimana tempat aku tinggal sekarang, Jepang. Ya, tidak terasa memang sudah hampir sebulan...tepatnya selama 23 hari ke belakang aku bernapas dengan hawa sedikit polusi udara (walaupun banyak polusi suara) di kota ini... Ya, selama hampir sebulan ini sudah cukup banyak hal dan pengalaman yang kudapatkan sebagai perantau di negri maju ini.....

Teringat tepatnya 24 hari yang lalu saat di bandar udara Cengkareng saat dilepas pergi oleh kedua orang tuaku dan juga kakak serta adiiku yang sangat kusayangi...tak mampu rasanya kelopak mata ini membendung air mata saat itu, walaupun hanya sedikit...karena berusaha kutahan sejadi-jadinya untuk menghilangkan kekhwatiran dibenak pasangan setengah baya yang pertama kali selama 23 tahun ke belakang melepas anak keduanya untuk pergi merantau di negri orang. Aku tahu betul...ayahku sangat cemas dan juga sedih mungkin, begitu juga ibuku walaupun terlihat sangat tenang iya pun sesungguhnya cemas...berkali-kali memeriksa dan memberiku berbagai bekal. Ya, aku tidak ingin membuat mereka khawatir dan meyakinkan mereka bahwa inilah jalan yang anaknya pilih untuk mengejar salah satu impiannya dan akan baik-baik saja (walaupun sebenarnya aku sendiri juga cukup ragu saat itu)... 

Teringat pula tepatnya 23 hari yang lalu setelah mengalami perjalanan lebih kurang 10 jam (termasuk delay dan transit) di pesawat. "Please fasten your seat belt. We will now soon arrive in Narita Airport in 08.06 a.m" aba-aba untuk memasang seat belt dikumandangkan. Dan hingga akhirnya aku melangkahkan kaki kananku pertama kali di negri ini entah kenapa dalam kondisi agak cemas. Ya, sebenarnya selain cemas dengan bagasi dan barang-barang bawaanku apakah akan baik-baik saja, disita atau apa (kekhawatiran belerbihan) aku saat itu juga mulai meragukan diri sendiri..."Apakah ini memang jalan benar yang kau pilih?" Setelah melewati bagian keimigrasian, scan fingerprint dan juga mata...petugas imigrasi tersebut memberiku sebuah kartu yang disebut dengan 'Zairyu Card" alias 'Resident Card" yang menandakan bahwa aku diizinkan untuk tinggal di tempat ini selama setahun. 

Tidak lama kemudian di sekitar arrival gate seorang petugas polisi dengan sopan menghampiriku dan ternyata dia mengenalkan dirinya sebagai seorang polisi menggunakan suatu lencana di dalam kotak (yang kayak di film2 itu lho) dan menjelaskan cara-cara menghubungi polisi dan rumah sakit serta bila dalam keadaan darurat. Wah luar biasa sekali, pikirku...betapa perhatiannya orang-orang Jepang terhadap hal yang seperti itu...beda banget sama di Indonesia (pikirku wkwkwk). Akhirnya aku menemukan sosok berjilbab putih tersebut melambai-lambaikan tangan...ya dia adalah gadis manis, luar biasa dan super baik hati yang entah karena apa rela menjemput gadis berjilbab lain yang sebenarnya belum pernah ia temui atau kenal baik, padahal selain haru smengorbankan waktu paginya yang pasti dia juga harus mengorbankan uangnya yang cukup "lumayan" untuk menempuh perjalanan dari apatonya di daerah Otaku ke Narita (yang ternyata sebenarnya bukan terletak di Tokyo...melainkan di Perfektur Chiba. Hanya Allah lah yang dapat menilai lebih adil kebaikan hatinya tersebut....jazakillah. Allah jugalah yang pasti menggerakkan hatinya untuk mejemput atau menolong gadis lugu sepertiku ini (hahaha apa banget)  yang cemas karena tidak ada seorang pun yang tadinya akan bisa menjemputnya di bandara raksasa itu menuju asrama....Secara tidak sengaja (sebenarnya kehendak Allah) aku random bertanya tentang bagaimana kondisi teman yang sudah lama tidak kutemui hingga akhirnya secara tidak disangka-sangka dikenalkan dengan seseorang yang bersedia menjemputnya di saat memang pas kebetulan lagi butuh banget dan hampir putus asa.

"Manusia bermimpi dan berusaha, kemudian Allah lah yang menentukan bagaimana akhirnya dan caranya. Jika memang Allah menghendaki, apapun pasti terjadi dan begitu mudah bagi-Nya untuk melapangkan jalan hamba-Nya tersebut."

Ya,rasanya memang semuanya diatur Allah hingga perkara-perkara yang tadinya mustahil untuk terjadi mendadak jadi mudah begitu saja saat dan sebelum aku tiba disini. Selain kejadian tersebut masih banyak hal-hal lain yang kualami terutama di awal-awal kehidupanku di Jepang ini yang seolah-olah sulit berubah jadi hal yang dimudahkan oleh Allah, mulai dari mengurusi Resident card, asuransi, internet service, mencari musola, makanan halal dan banyak hal lainnya. Secara tidak sengaja pula (yang sekali lagi sebenarnya terjadi karena kehendak Allah), ternyata aku ditempatkan di kampus dan departemen yang sama dengan salah satu teman kampus yang sudah cukup kukenal dengan baik sehingga ia, calon ibu cantik yang merangkap sebagai peneliti dan mahasiswa luar biasa ini, rela untuk menemani dan membantu mengurusi segala macam dokumen dan juga siap ditanya berbagai hal-hal yang kutemui selama hari-hari awalku di negri sakura ini karena aku belum punya tutor saat itu.

Teringat pula...saat pertama kali aku datang ke asrama Umegaoka ini masih sangat sepi (mungkin hanya sekitar 3-5 mahasiswa wanita yang tinggal di tempat ini) rasanya sedih sekali dan sangat kesepian. Di saat sepi, aku selalu teringat kepada keluarga dan sahabat-sahabatku di tanah air yang kutinggalkan.....dan lebih parahnya adalah aku tidak bisa mengakses internet sama sekali 2 minggu pertama. Handphoneku hanya bisa digunakan untuk sms, itu pun dengan tarif yang luar biasa mahal (sekitar Rp 7.000/sms) jadi sangat sulit untuk kontak dengan orang tuaku yang berdomisili di Bandung. 

Ada pepatah yang mengatakan bahwa "Terkadang kau baru merasakan bahwa sesuatu itu sangat berharga saat kau kehilangannya". Mungkin itulah yang kurasakan saat itu. Betapa sedihnya saat weekend kau ingin jalan-jalan, tapi kau bingung harus pergi kemana dan tidak ada teman untuk pergi travelling bersama atau bahkan mengajakku untuk pergi bersama. Dan juga betapa sedihnya karena saat di laboratorium baru tidak ada orang yang mengajak makan siang, suasana yang akrab, hangat, canda tawa seperti di Lab. Farmakologi dulu....karena selain sibuk masing-masing juga aku tidak faham apa yang mereka bicarakan (kendala bahasa) atau bahkan di kampus tidak ada orang atau sangaat sedikit orang yang bisa kusapa. Atau bahkan betapa rindunya aku dengan kelargaku saat weekend melihat seorang anak kecil berjalan dengan kedua orang tuanya serta saudaranya. Betapa bingungnya saat berbelanja ataupun saat bertanya karena banyak orang Jepang yang tidak bisa berbahasa Inggris dan juga semua tulisan ditulis dalam huruf kanji (Hiragana dan Katakana yang cukup kukuasai sangat jarang dipakai ternyata di negri asalnya ini). Betapa sulitnya mencari makanan halal di negri ini sehingga harus sering-sering masak dan juga betapa minoritasnya muslim disini sehingga sangat sulit untuk mencari tempat sholat atau bahkan terkadang ada tatapan anak kecil yang "agak takut" melihat gadis berjilbab sepertiku ini. Entah berapa banyak tetes air mata yang keluar dari pelupuk mataku pada saat membaca sms kabar dari orang tuaku ataupun karena merindukan kampung halamanku...zona nyamanku yang tenang dan dikeliling oleh pegunungan itu. HOMESICK...mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan 7 hari awal kehidupanku di sini...bahkan rasanya seminggu sudah seperti setahun dan AKU INGIN PULANG KE TANAH AIR (pikiran bodoh).

"Terkadang kau menangis karena tidak bisa meraih mimpimu. Tetapi, saat kau sudah mencapainya, terkadang kau menyadari bahwa dengan mencapai mimpimu tersebut belum tentu kau menjadi orang yang bahagia." Entah kenapa kata-kata yang pernah kubaca dari sms tausiyah itu itu terus hinggap di kepalaku dan memang kuakui ada benarnya. Apakah ini yang dimaksud dengan hal tersebut...

Hari demi hari dan seminggu pun kulewati...rasanya aku sudah terlalu lelah dan bosan untuk menangis atau berkeluh kesah hingga sampai pada titik aku menyadari bahwa sebenarnya saat ini aku sendang berada di TITIK NOL. Aku menyebutnya demikian....karena seolah-olah saat ini aku memang berada dalam kondisi memulai segala sesuatu dari awal lagi untuk menemukan zona nyamanku yang baru sendiri...dan hidup mandiri tanpa bergantung kepada siapapun. Bukan berarti selama di tanah air aku tidak mandiri, hanya saja saat di negri orang memang harus kuakui kemandirian kita benar-benar akan diuji. Aku harus menemukan keluarga baru, sahabat-sahabat baru, tempat belanja baru, cara hidup yang baru, aktivitas harian dan kebiasaan yang baru, ilmu yang baru, bahkan target yang baru serta mengevaluasi ulang apa tujuanku datang ke negri sakura ini (karena sepertinnya tujuan anehku untuk kabur dari orang-orang yang ingin kuhindari tidak terwujud 100%) . Satu persatu saat ini berusaha untuk kucapai...mulai dari survey tempat-tempat belanja, belajar ini itu, bekerja dengan alat-alat lab yang sebelumnya sangat jarang kugunakan, mengatur targetan selama di negri ini, banyak lainnya, dan yang pasti adalah terus menerus berusaha memperbarui keimanan dan keislaman yang dimiliki....karena tinggal di negri minoritas muslim ini luar biasa banyak godaan. Mulai dari makanan yang ga jelas kehalalannya tapi tampak enak, nunda atau males sholat karena susah nyari tempat sama waktunya ga pas dan adzannya ga kedengeran, ga pede karena pake jilbab, takut dibilang ga gaul, atau bisa jadi menggadaikan keimanan gara-gara jatuh hati sama cowok-cowok jepang yang tampak sopan, berpendidikan, bertubuh ideal, dan berwajah oriental-tampan. Ya Allah....lindungilah hamba dan kuatkanlah selalu iman hamba.

Bisa dibilang saat ini alhamdulillah aku sudah mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan di Jepang ini dan menikmatinya. Aku berusaha untuk menciptakan kebahagiaanku sendiri. Bahkan sekarang aku juga sudah menikmati kesendirianku dan menikmati kenekatanku atau kesalahan-kesalahan serta hal-hal konyol yang kulakukan selama hampir sebulan tinggal di sini. Menikmati bagaimana saat salah naik kereta karena salah arah atau kelewatan, tersesat di jalan, bingung mencari barang, kekonyolan atau kriminalitas yang dilakukan di lab, menikmati mencari tempat sholat atau sholat di tempat-tempat aneh yang tak pernah terpikir sebelumnya, tidak mengerti pada saat ada seseorang berbicara pada kita dan menikmati hal-hal bodoh lainnya yang pastinya sering kualami disini. Aku berusaha menikmatinya dan menganggapnya sebagai suatu pelajaran kehidupan dan memaknai kebahagiaan...karena salah satu targetku disini adalah aku ingin belajar memaknai kehidupan dengan tulus dan membangun serta menjadi diriku sendiri di lingkungan baru yang baru dikenal. Ya, benar jika ada yang pernah mengatakan bahwa "Kebahagiaan itu bukan saat kau memiliki uang yang banyak atau saat kau berhasil meraih target-target hidupmu. Kebahagaiaan juga tidak akan datang begitu saja kepada kita tetapi kebahagiaan itu memang harus dicari dan sebenarnya kitalah  akan menemukannya dalam diri sendiri karena kita sendirilah yang memilih dan membuat kita untuk jadi merasa bahagia atau tidak."


Dan selain itu, seperti yang ibuku selalu ingatkan padaku sebelum aku berangkat: Kunci  yang perlu diperhatikan saat tinggal di negara orang adalah selalu berusaha untuk ramah pada semua orang serta jangan takut untuk bertanya. Begitupula dengan kunci keimanan yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW...yaitu ihsan (berbuat baik kepada siapa pun) dan juga yakin serta husnudzan pada ketantuan yang Allah berikan. Ketiga kata kunci itu memang benar-benar luar biasa dan terasa benar-benar membantuku untuk menjadi survivor di negri orang ini...bahkan aku merasa sangat tertolong dan terkadang mendapat keuntungan (misal: secara tidak sengaja diberi pinjaman gratis dll). Aku juga mulai menemukan keluarga baruku di sini, teman-teman setanah air yang bergabung dalam PPI Tokodai dan membuatku sadar bahwa perkumpulan orang-orang yang berasal dari tempat yang sama memang sangat penting (seperti UKM UKM daerah yang ada di kampus itb) karena merekalah yang memiliki rasa, selera, dan juga pemikiran yang sama dengan kita. Juga teman-teman baruku di laboratorium yang berasal dari berbagai bangsa...Jepang, China, dan Thailand, aku sudah mulai memberanikan diri untuk mengajak mereka sedikit bercakap-cakap atau sedikit bercanda. Selain itu, aku juga mulai terbiasa menikmati pekerjaanku sekarang sebagai peneliti gen dan berkecimpung dengan PCR, elektroforesis, serta beda-benda hidup yang tidak kelihatan. Alhamdulillah.

Ya Allah, beri hamba kemudahan semoga keberadaanku di titik nol ini akan terus maju beberapa derajat dan menjadikanku menjadi seorang pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bismillah. Aku yakin bahwa setiap orang suatu saat memiliki titik nol nya masing-masing....di saat ia baru saja mengalami kegagalan, ingin memulai sesuatu yang baru atau di saat ingin berubah lebih baik...Terkadang ada titik di saat kita akan senang ataupun akan sedih. Yang paling penting adalah menjalankan skenario yang diberikan Allah kepada kita sebaik-baiknya tanpa melanggar aturan-Nya dan mensyukurinya. ^_^

Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. 

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al-Baqarah:216)


NB: Makasih buat cewe-cewe cantik dan super baik hati yang sengaja ataupun tidak merasa dirinya tercantum di atas. Makasih karena udah menginspirasi saya dan selalu bersedia membantu serta menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang aneh selama ini dan mungkin beberapa bulan mendatang. ^_^

No comments:

Post a Comment